Saat luka tak lagi mengenal waktu dan penantian
terasa abadi
Sementara merah bukan lagi darah, tapi sepi yang
enggan pergi
Mungkin
Disebuah dermaga kamu akan menyaksikan satu, dua
kapal entah berantah
Mengangkut pulang kenangan, entah milik siapa?
Milik aku yang telah lama tenggelam didasar diammu
Atau milikmu yang telah terbang bersama serak suaraku
Kita mengucapkan perpisahan yang kita tahu sama-sama
berat
Kita mengucapkannya lirih
Dalam satu pelukan yang tak bisa lagi lebih erat
Begini senjaku
Mungkin
Didermaga itu kau tak akan bertemu aku
Hanya menghitung detik demi detik dengan lancang
berkejaran
Dan mengaharapkannya mati atau beku
Tapi ada, beberapa pertemuan yang tak pula terjadi
Karena luka setelahnya akan membuat sepi dibibir
kita saling mengucap benci
Biarlah
Biarlah hening yang kau dan aku simpan berlayar
dengan kapal yang berbeda
Biarlah
Cahaya yang jingga menyala dimatamu itu pergi saja
Itu bukan senja kita